This awesome blogger theme comes under a Creative Commons license. They are free of charge to use as a theme for your blog and you can make changes to the templates to suit your needs.
RSS

Laman

Mimpi Bunga 3

Untuk Biyan

Aku harap kau menyukai kue aneh buatanku. Tapi, tidak peduli kau akan menyukainya atau tidak, kuharap kue ini bisa memberi rasa untukmu, orang baik. Jika kau merasa bahwa kue ini sangat lezat, kenanglah rasanya karena sekali-kali aku tidak akan membuatnya lagi. Aku telah membuang resepnya ke tong sampah.
Jadi, selamat menikmati! 

Itu saja yang aku tulis pada secarik kartu ucapan yang kusematkan di atas bungkus kotak kue kering buatanku. Aku rasa itu sudah cukup mewakili bagian terkacau dari perasaanku. Kumohon dengan sangat si Biyan bodoh itu akan mengerti maksudku. Bahwa aku tidak akan membuatkannya lagi kue. Bahwa aku akan melupakan wajah polos senyumnya. Bahwa aku bosan harus bermanja padanya. Bahwa aku muak dengan hubungan ini. Bahwa aku ingin sekali menyingkirkan kasih sayangnya yang nyinyir.
Hujan gerimis telah berhenti sejak beberapa menit lalu, dan kakiku siap melangkah keluar rumah. Kau pasti sudah tahu jika kali ini aku merasa mantap mengirimkan sekotak kue kering kue jahe resep asli dari swedia untuknya. Untuk Biyan yang berada jauh di luar kota. Meski terasa pahit, kuharap kue jahe ini dapat memberikan sedikit kehangatan padanya setelah ia membaca kartu ucapan yang kuselipkan.
Kemarin aku berkata bahwa ia sering muncul di mimpiku. Kini seolah mimpi itu terulang kembali. Biyan ada di depan mataku sekarang! Aku mencoba meyakinkan diri bahwa ini bukan mimpi dengan menampar-nampar lembut pipiku. Pipiku merasakan sesuatu. Entah mengapa, mata ini rasanya perih dan bulir-bulir air hangat begitu saja mengalir tanpa malu.
“Biyan…” Kataku lirih sambil mencoba tersenyum. Kurenggut kembali kartu ucapan yang kutulis dari atas kotak kue dan menyelipkannya ke saku sweater. Air mata yang terlanjur jatuh kuusap dengan lengan sweater.
“Hai, Celeste.” Dari jarak dua meter di depanku ia tersenyum ramah menyapa. “Kamu nangis?” Ia bertanya.
“Aku? Aku, kelilipan air hujan.” Aku mencoba tersenyum sejujur mungkin. Berani taruhan ia tahu bahwa aku benar-benar berurai air mata saat melihatnya.
Saat aku benar-benar sadar bahwa ia ada di hadapanku, dunia sekelilingku seakan terkena angin ribut. Kacau, dan terasa dingin memeluk leherku. Apa yang harus aku katakan padanya? Apa aku harus mengusirnya dari halaman rumahku? Apa aku harus mengatakan bahwa ia datang di saat yang tepat? Apa aku harus mengatakan bahwa aku tidak ingin bertemu dengannya saat ini?
Kedua tanganku akhirnya terasa lemas. Kota kue yang kupegang erat tadi jatuh ke haribaan lantai bumi. Meski isinya tidak berhamburan ke luar (tentu saja aku membungkusnya dengan rapi!), tapi bagiku kue-kue itu sudah hancur berkeping-keping. Bagaimana? Bagaimana aku bisa menata hatiku sekarang seperti mengembalikan keutuhan kue-kue jahe dalam kotak itu?

0 komentar: