This awesome blogger theme comes under a Creative Commons license. They are free of charge to use as a theme for your blog and you can make changes to the templates to suit your needs.
RSS

Laman

PETA PENELITIAN PENDIDIKAN KONSENTRASI PEMBELAJARAN PRODI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


        Setiap tahun sejumlah skripsi dihasilkan di jurusan Teknologi Pendidikan oleh mahasiswanya sebagai syarat kelulusan. Skripsi yang disusun ini bermacam-macam jenisnya, tergantung minat dari mahasiswa yang menulisnya. Karena prodi TP mempunyai tiga konsentrasi, yaitu pengembang kinerja, pembelajaran, serta media, tidak mengherankan jika skripsi yang disusun digolongkan berdasarkan tiga konsentrasi tadi. Setidaknya mahasiswa di tiap konsentrasi yang berbeda dianjurkan menghasilkan skripsi yang sesuai dengan konsentrasinya. Hal ini dapat dimaklumi mengingat mata kuliah yang diambil di tiap konsentrasinya berbeda, kecuali mata kuliah wajib.
Menyusun skripsi meruapakan tugas akhir yang mendebarkan, tidak terkecuali bagi mahasiswa konsentrasi pembelajaran. Sejak skripsi yang merupakan karya tulis ilmiah dihasilkan melalui serangkaian penelitian, mau tidak mau mahasiswa harus melakukan penelitian terlebih dahulu. Sebelum melakukan penelitian tentu mahasiswa harus sudah mempertimbangkan masalah apa yang layak diangkat dan dipecahkan dalam kaca mata penelitian pembelajaran. Terkadang, menggarap sebuah skripsi yang berbau konsentrasi lain dapat menimbulkan kesukaran dalam penyusunannya. Hal ini bisa terjadi karena konsep dasar tiap konsentrasi tidak sepenuhnya dipahami oleh mahasiswa, selain daripada konsentrasi yang diambilnya sendiri. Dengan kata lain, mahasiswa mendapat warning agar setidaknya jangan mengambil ladang penelitian konsentrasi lain. Demikian, tiap skripsi yang dihasilkan oleh mahasiswa prodi TP dapat dengan mudah diidentifikasi  karena mempunyai kekhasan tersendiri.
Mengenai garis besar tema penelitian skripsi pada konsentrasi pembelajaran, dapat dilihat dari berbagai jenis skripsi  yang dihasilkan tiap tahunnya. Dalam kesempatan ini, penulis menyertakan sampel tujuh judul penelitian skripsi mahasiswa prodi TP konsentrasi pembelajaran.

Tabel 1. Contoh Judul-judul Skripsi Mahasiswa Teknologi Pendidikan Konsentrasi Pengembang Pembelajaran


Dari tabel di atas, terlihat bahwa tema atau judul skripsi berkutat pada kurikulum, semisal kurikulum lembaga pendidikan, strategi, pendekatan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, serta pengelolaan pembelajaran.  Jadi, masalah-masalah penelitian yang dikemukakan sebagian besar tidak jauh dari belajar dan pembelajaran, apalagi kurikulum.
 Meski tema besar dari penelitian skripsi adalah kurikulum, tetapi banyak variabel lain yang dieksplorasi oleh mahasiswa. Misalnya saja pada isu pesantren dan homeschooling yang jarang disinggung dalam teknologi pendidikan. Selain itu, bisa jadi pada judul skripsi lain yang tidak disinggung disini mengandung beragam variabel yang variatif. Sementara itu, selama penulis menjelajahi lemari skripsi-skripsi mahasiswa pembelajaran, belum ditemukan variabel lain dalam penelitian yang dianggap melenceng dari pakem skripsi kepembelajaran dalam teknologi pendidikan. Nyatanya, selalu ada hal baru dan inovasi dalam teknologi pendidikan yang layak diteliti oleh mahasiswa konsentrasi pembelajaran.
Mayoritas mahasiswa konsentrasi pembelajaran walaupun bagian dari teknologi pendidikan yang mempunyai tiga konsentrasi yang bisa dieksplorasi, kebanyakan memilih penelitian berbau kurikulum untuk dijadikan skripsi. Tentu, hal ini bisa dimaklumi mengingat adalah keputusan mereka tenggelam lebih dalam konsentrasi pengembang pembelajaran, meski dua konsentrasi lainnya juga terhubung secara paralel dengannya. Selain itu, mahasiswa konsentrasi pengembang pembelajaran dianggap lebih kapabel dalam masalah-masalah pembelajaran, khususnya kurikulum. Hal ini wajar karena selama beberapa semester mereka telah mendalami mata kuliah-mata kuliah wajib konsentrasi.
Mengenai jenis penelitian, penelitian skripsi mahasiswa mayoritas merupakan jenis penelitian deskriptif dengan data kualitatif. Memang, isi penelitiannya berupa paparan atas masalah yang diteliti. Tetapi, sejak paradigma yang diambil adalah pascapositivistik, maka kajian penelitian skripsi mahasiswa disampaikan secara mendalam. Pascapositivistik mengharuskan peneliti menjelaskan bukan hanya kesimpulan singkat dari data-data kuantitatif, tetapi lebih dari pendalaman data-data kualitatif. Tentang pendekatan positivistik ini, tentu mahasiswa sebagai warga teknologi pendidikan sudah memahaminya melalui sejarah perkembangan teori-teori yang digunakan dalam kajian penelitian teknologi pendidikan. Dengan demikian, hasil penelitian skripsi ini tidak bisa digeneralisasikan untuk kasus penelitian lain.
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, penulis perlu mengemukakan beberapa kesimpulan dari upaya pengidentifikasian penelitian skripsi mahasiswa konsentrasi pengembang pembelajaran. Pertama, masalah-masalah penelitian yang dikemukakan sebagian besar tidak jauh dari belajar dan pembelajaran, apalagi kurikulum. Kedua, meskipun tema besar dari penelitian skripsi adalah kurikulum, tetapi banyak variabel lain yang dieksplorasi oleh mahasiswa. Ketiga, mayoritas mahasiswa konsentrasi pembelajaran walaupun bagian dari teknologi pendidikan yang mempunyai tiga konsentrasi yang bisa dieksplorasi, kebanyakan memilih penelitian berbau kurikulum untuk dijadikan skripsi. Keempat, jenis penelitian, penelitian skripsi mahasiswa mayoritas merupakan jenis penelitian deskriptif dengan data kualitatif dan memakai pendekatan pascapositivistik.
Sebagai masukan, penulis menyarankan agar mahasiswa konsentrasi pengembang pembelajaran lebih kreatif dalam mengkaji variable penelitian pembelajaran lain dalam skripsinya. Lebih baik lagi jika terkait dengan kajian yang merupakan area penelitian dua konsentrasi lainnya. Tujuan utamanya, tentu saja demi memecahkan masalah belajar, melalui penelitian yang bermakna.

Penulis:
Lian Anggraini
Yesi Kartikasari
Zahrotul Uyun


0 komentar

Persepsi Mahasiswa Pogram Studi Teknologi Pendidikan tentang Inovasi dalam Forum Group Discussion pada Mata Kuliah Difusi Inovasi Pendidikan (Survei Pendapat Mahasiswa TP Kelas Reguler Semester 096)


 A.   Pendahuluan
Di abad 21 ini telah terjadi begitu banyak perubahan dan perkembangan peradaban. Juga, tidak terhitung banyaknya inovasi yang dihasilkan oleh manusia untuk keberlangsungan dan kemudahan hidupnya. Dalam dunia pendidikan, khususnya teknologi pendidikan pun dikenal istilah inovasi pendidikan. Bentuknya jenisnya bisa bermacam-macam, baik berupasoftware maupun hardware. Tujuan utamanya tentu demi kemaslahatan pembelajaran dan membelajarakan pembelajar.
Sudah menjadi fakta bahwa pada awal-awal Teknologi Pendidikan berdiri, inovasi yang dikembangkan oleh teknolog pendidikan bermula dari produk atau inovasi yang sama sekali bukan ditujukan untuk tujuan instruksional. Hal ini wajar saja karena dalam inovasi, suatu kebaruan itu bisa berlaku bagi kelompok tertentu yang baru mengetahuinya. Akan tetapi akan menjadi basi bila kelompok lain sudah mengetahui ‘kebaruan’ itu lebih dulu. Misalnya LCD proyektor awalnya digunakan untuk presentasi bisnis dan tujuan komersial lainnya. Tetapi di tangan teknolog LCD proyektor dijadikan sebuah inovasi dalam dunia pendidikan dengan menggunakannya untuk pembelajaran.
Senada dengan hal tersebut, Facebook, sebuah situs web sekaligus jejaring sosial yang paling banyak pengguna aktifnya mempunyai atribut Group/forum yang dianggap bisa dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran. Ada berbagai alasan untuk tetap menggunakan facebook sebagai jejaring sosial mereka. Berikut ini merupakan alasan mengapa orang menggunakan facebook menurut Kurniawan (2009): 1) Populer. Karena efek halo yang ditimbulkan oleh kemunculan jejaring baru yang dianggap user friendly, keren, terutama baru, pengguna facebook bertambah banyak. Bagaimanapun, manusia selalu dipenuhi hasrat untuk mencoba hal baru dan tren baru. 2) Network, 3) Simple (user friendly dan interface sederhana), 4) Canggih, 5) Group (fasilitas untuk membuat grup/forum), 6) Photo Album, 7) Wall Facebook, 8) Event, 9) Mobile Access, 10) Mobile Browsing, 11) Selling, 12) Games, 13) Chatting,  serta 14) Widget.
Dengan adanya fasilitas forum diskusi dalam Group facebook, maka MK DIP mencoba menggunakan forum diskusi tersebut sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran di luar jam kuliah. Melalui forum diskusi tersebut berbagai topik yang berkaitan dengan mata kuliah didiskusikan dan dibahas bersama. Terkait dengan mata kuliah yang berfokus pada inovasi, penulis mengemukakan pertanyaan apakah forum group discussion dalam MK DIP termasuk dalam bentuk inovasi atau bukan, menurut pendangan mahasiswa MK DIP itu sendiri.
Demi menyelidiki hal tersebut maka penulis menggunakan metode survei. Metode penulisan survei adalah salah satu teknik penulisan dengan mengumpulkan informasi pada individu (karakteristik/perilaku, sikap/pendapat) dari sekelompok responden yang representatif dalam suatu populasi. Tujuan survei sendiri adalah untuk mengakses dan mendeskripsikan pikiran, pendapat, dan perasaan orang dan menghasilkan deskripsi. Karena itu survei kali ini merupakan survei deskriptif, yaitu proses pemecahan masalah yang diselidiki dengan melukiskan atau menggambarkan keadaan subyek dan obyek penulisan saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau bagaimana adanya.
Survei ini dilakukan tentu saja dengan tujuan ingin mengetahui pendapat mahasiswa TP kelas reguler yang mengikuti MK DIP tentang inovasi pada forum group discussion MK DIP. Dengan demikian penulis berharap dapat mengetahui pendapat mahasiswa TP kelas reguler yang mengikuti MK DIP, tentang inovasi pada pada forum group discussion MK DIP.
Survei ini dilakukan pada mahasiswa kelas reguler yang mengikuti forum diskusi di facebook pada mata kuliah DIP semester 096. Secara keseluruhan anggota forum berjumlah 40 orang terdiri dari dua orang dosen pengampu dan 38 mahasiswa. Dengan demikian, populasi mahasiswa seluruhnya berjumlah 38. Pada survei ini, teknik sampling yang digunakan adalah sampel jenuh. Sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel apabila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Karena itu sampel responden diambil sebanyak 38 orang mahasiswa dengan asumsi populasi mahasiswa sebanyak 38 orang. Survei ini sendiri dilakukan melalui teknik Internet interview. Dengan internet review ini penulis memberikan pertanyaan kuesioner secara online untuk meraih respon secara online pula dari responden.

B.   Hasil Survei
  
   Setelah melakukan survei, penulis mendapatkan hasil survei yang dapat disajikan sebagai berikut.


Tabel 1. Respon Mahasiswa Secara Keseluruhan terhadap Pertanyaan Survei


Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah mahasiswa yang menjawab sebanyak 28 orang, sementara mahasiswa yang tidak menjawab berjumlah 10 orang.



Grafik 1. Respon Mahasiswa Secara Keseluruhan terhadap Pertanyaan Survei


Grafik batang di atas mengilustrasikan tentang jumlah mahasiswa yang menjawab sebanyak 28 orang. Sementara itu jumlah mahasiswa yang tidak menjawab sebanyak 10 orang.


Grafik 2. Respon Mahasiswa Secara Keseluruhan terhadap Pertanyaan Survei

Pada grafik lingkaran di atas terlihat bahwa jumlah mahasiswa yang menjawab survei sebanyak 74% sementara sisanya 26% merupakan mahasiswa yang tidak menjawab.

Tabel 2. Klasifikasi Jawaban Mahasiswa Secara Keseluruhan terhadap Pertanyaan Survei


Dari tabel di atas terlihat bahwa mahasiswa yang menjawab YES untuk jawaban survei sebanyak 26 orang. Sebanyak 2 orang menjawab YES dan NO. Sementara itu tidak ada mahasiswa yang menjawab NO. Selain itu, ada 10 orang yang Tidak Menjawab.



Grafik 3. Klasifikasi Jawaban Mahasiswa Secara Keseluruhan terhadap Pertanyaan Survei

Dari ilustrasi grafik di atas terlihat bahwa mahasiswa yang menjawab YES untuk jawaban survei sebanyak 26 orang. Sebanyak 2 orang menjawab YES dan NO. Tidak ada mahasiswa yang menjawab NO. Sementara itu, ada 10 orang yang Tidak Menjawab.


Grafik 4. Klasifikasi Jawaban Mahasiswa Secara Keseluruhan terhadap Pertanyaan Survei

Grafik pie di atas menggambarkan klasifikasi jawaban mahasiswa dalam bentuk persentase. Dari ilustrasi grafik di atas terlihat bahwa mahasiswa yang menjawab YES untuk jawaban survei sebanyak 68%. Sebanyak 5,30%  menjawab YES dan NO. Mahasiswa yang menjawab NO adalah 0%. Sementara itu, ada 26% yang Tidak Menjawab.


Tabel 3. Klasifikasi Alasan Jawaban Mahasiswa terhadap Pertanyaan Survei


Tabel di atas berisi data hasil survei tentang alasan jawaban mahasiswa terhadap pertanyaan survei. Untuk yang menjawab YES, sebanyak 6 orang menyatakan Forum Group Discussion MK DIP merupakan inovasi karena cara yang baru dan inovatif dan menyenangkan untuk belajar. 6 Orang yang lain menyatakan karena penggunaan media pembelajaran yang efisien. 1 orang menyatakan karena penggunaan media (jejaring sosial) u/ menyampaikan materi secara kontinyu. 1 orang yang lain menyatakan karena belajar melalui forum yang terus terupdate. 5 orang menyatakan karena mempermudah proses komunikasi dan pertukaran informasi. 2 orang menyatakan karena dapat membangkitkan minat belajar. 3 orang menyatakan karena strategi pembelajaran yang baru melalui fb (facebook). Sementara 2 orang lainnya menyatakan karena memenuhi karakteristik inovasi.
Untuk jawaban YES & NO, sebanyak 1 orang menjawab YES & NO karena YES: merupakan sesuatu yang baru dalam beajar, No: Forum ini tidak dikembangkan secara terencana dan mendalam serta tidak ada kontinuitas. Sementara itu 1 orang lainnya menjawab YES & NO karena YES: Penggunaan media belajar yang efisien, NO: ketiadaan tools dan jaringan dapat membuat forum ini tidak terakses bagi sebagian orang.


Grafik 5. Klasifikasi Alasan Jawaban Mahasiswa terhadap Pertanyaan Survei

Grafik di atas berisi data hasil survei tentang alasan jawaban mahasiswa terhadap pertanyaan survei dalam bentuk persentase. Untuk yang menjawab YES, sebanyak 21% orang menyatakan Forum Group Discussion MK DIP merupakan inovasi karena cara yang baru dan inovatif dan menyenangkan untuk belajar. 21% yang lain menyatakan karena penggunaan media pembelajaran yang efisien. 4% menyatakan karena penggunaan media (jejaring sosial) u/ menyampaikan materi secara kontinyu. 4% yang lain menyatakan karena belajar melalui forum yang terus terupdate. 18% menyatakan karena mempermudah proses komunikasi dan pertukaran informasi. 7% menyatakan karena dapat membangkitkan minat belajar. 11% menyatakan karena strategi pembelajaran yang baru melalui fb (facebook). Sementara 7% lainnya menyatakan karena memenuhi karakteristik inovasi.
Untuk jawaban YES & NO, sebanyak 4% menjawab YES & NO karena YES: merupakan sesuatu yang baru dalam beajar, No: Forum ini tidak dikembangkan secara terencana dan mendalam serta tidak ada kontinuitas. Sementara itu 4% lainnya menjawab YES & NO karena YES: Penggunaan media belajar yang efisien, NO: ketiadaan tools dan jaringan dapat membuat forum ini tidak terakses bagi sebagian orang.

C.   Pembahasan
Reigeluth (Lee & Reigeluth, 1994) memandang inovasi sebagai perubahan yang mendalam dan kontinyu yang terjadi dalam dunia pendidikan. Misalnya tentang restrukturisasi di tingkat sekolah. Restrukturisasi  tersebut turut mendefinisikan apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas, terutama dalam aspek bagaimana cara guru mengajar, cara siswa belajar, dan cara guru mengevaluasi hasil belajar siswa. Selain itu teknologi-teknologi komputer telah berhasil mengubah peran guru dari pemberi informasi ke peran fasilitator, konselor, advisor, pembimbing, pelatih, mentor, co-learner, sumber dan pengelola teknologi, dan mediator bagi para peserta didiknya.
Roger (2003) mendeskripsikan inovasi sebagai berikut, an innovation is an idea, practice, or project that is perceived as new by an individual or other unit of adoption. Menurutnya, lima atribut atau karakteristik yang wajib ada pada inovasi adalah relative advantages, compability, complexity, triability dan observability. Ia juga mengemukakan tentang beberapa elemen dari difusi inovasi, yaitu  inovasi, saluran komunikasi, waktu, dan sistem sosial. Meski latar belakang Roger adalah seorang sosiolog, tapi teori-teorinya tentang inovasi dipakai secara umum.
Sementara itu mengenai Forum Group Discussion tidak banyak yang bisa dipaparkan. Tentu saja forum diskusi tersebut merupakan bagian atribut dari jejaring sosial facebook. Tentang persepsi, persepsi merupakan proses penilaian seseorang terhadap obyek tertentu. Misalnya seperti persepsi mahasiswa terhadap Forum Group Discussion pada MK DIP.
Kembali pada hasil survei, pada grafik lingkaran paling awal di atas tentang respon mahasiswa terhadap pertanyaan survei, terlihat bahwa jumlah mahasiswa yang menjawab survei sebanyak 74% sementara sisanya 26% merupakan mahasiswa yang tidak menjawab. Setelah pertanyaan survei dilempar, mayoritas mahasiswa menjawab, sementara sisanya  tidak menjawab. Tidak menjawab di sini berarti tidak ikut berpartisipasi dalam menjawab/merespon pertanyaan survei. Secara kasat mata, tingkat partisipasi mahasiswa dalam mengikuti survei cukup tinggi, lebih dari 50% jumlah populasi kelas reguler pada MK DIP.
Pada data klasifikasi jawaban mahasiswa, didapatkan hasil sebagai berikut:  mahasiswa yang menjawab YES untuk jawaban survei sebanyak 68%. Sebanyak 5,30%  mahasiswa menjawab YES dan NO. Mahasiswa yang menjawab NO adalah 0%. Di sisi lain, ada 26% mahasiswa yang Tidak Menjawab.
Ternyata mayoritas mahasiswa menyuarakan bahwa Forum Group Discussion MK DIP merupakan suatu inovasi. Tentang alasan mengapa mahasiswa menyebutnya inovasi, akan terjawab pada data berikutnya. Tidak ada mahasiswa yang 100% pure menyebut Forum Group Discussion sebagai bukan inovasi. Sementara itu ada sedikit sekali mahasiswa yang menjawab bahwa Forum Group Discussion bisa Iya dan Tidak disebut  sebagai inovasi. Tentu mahasiswa tersebut mempunyai alasan tersendiri menurut pengalamannya selama ini mempelajari konsep inovasi.
Data hasil survei terakhir merupakan alasan jawaban mahasiswa terhadap pertanyaan survei. Untuk yang menjawab YES, sebanyak 21% orang menyatakan Forum Group Discussion MK DIP merupakan inovasi karena cara yang baru dan inovatif dan menyenangkan untuk belajar. 21% yang lain menyatakan karena penggunaan media pembelajaran yang efisien. 4% menyatakan karena penggunaan media (jejaring sosial) u/ menyampaikan materi secara kontinyu. 4% yang lain menyatakan karena belajar melalui forum yang terus terupdate. 18% menyatakan karena mempermudah proses komunikasi dan pertukaran informasi. 7% menyatakan karena dapat membangkitkan minat belajar. 11% menyatakan karena strategi pembelajaran yang baru melalui fb (facebook). Sementara 7% lainnya menyatakan karena memenuhi karakteristik inovasi.
Untuk jawaban YES & NO, sebanyak 4% menjawab YES & NO karena YES: merupakan sesuatu yang baru dalam beajar, No: Forum ini tidak dikembangkan secara terencana dan mendalam serta tidak ada kontinuitas. Sementara itu 4% lainnya menjawab YES & NO karena YES: Penggunaan media belajar yang efisien, NO: ketiadaan tools dan jaringan dapat membuat forum ini tidak terakses bagi sebagian orang.
Pada kubu mahasiswa yang menjawab YES (yang berarti Forum Group Discussion merupakan inovasi menurut mahasiswa tersebut), dapat diidentifikasi berbagai alasannya sebagai berikut: 1) cara yang baru dan inovatif dan menyenangkan untuk belajar. 2) penggunaan media pembelajaran yang efisien. 3) penggunaan media (jejaring sosial) u/ menyampaikan materi secara kontinyu. 4) belajar melalui forum yang terus terupdate. 5) mempermudah proses komunikasi dan pertukaran informasi. 6) dapat membangkitkan minat belajar. 7) strategi pembelajaran yang baru melalui fb (facebook). 8)  memenuhi karakteristik inovasi.
Alasan-alasan jawaban mahasiswa tersebut jika dibandingkan dengan teori inovasi menurut Roger dan Reigeluth, memang menyerupai konsep yang diutarakan dua praktisi tersebut. Bila harus diidentifikasikan lagi, alasan yang merujuk pada teori inovasi Roger adalah alasan nomor 1, 8, 5. Sementara alasan yang merujuk pada teori Inovasi menurut Reigeluth adalah alasan nomor 2, 3, 4, 6, 7.
Sementara pada kubu YES & NO alasannya adalah sebagai berikut: 1) YES: merupakan sesuatu yang baru dalam beajar, No: Forum ini tidak dikembangkan secara terencana dan mendalam serta tidak ada kontinuitas. 2) YES: Penggunaan media belajar yang efisien, NO: ketiadaan tools dan jaringan dapat membuat forum ini tidak terakses bagi sebagian orang.
Pada kubu YES dan NO, mahasiswa memang menganggap bahwa Forum Group Discussion bisa saja merupakan inovasi. Tetapi ternyata ada hal-hal tertentu yang membuat Forum Group Discussion bukanlah sebuah inovasi secara utuh. Hal ini terlihat dari alasan Forum ini tidak dikembangkan secara terencana dan mendalam serta tidak ada kontinuitas & ketiadaan tools dan jaringan dapat membuat forum ini tidak terakses bagi sebagian orang. Alasan Forum ini tidak dikembangkan secara terencana dan mendalam serta tidak ada kontinuitas menurut mahasiswa ini membuat inovasi forum diskusi tidak sesuai dengan teori inovasi menurut Reigeluth. Pada alasan ketiadaan tools dan jaringan dapat membuat forum ini tidak terakses bagi sebagian orang menjelaskan bahwa dalam Forum Group Discussion tidak memenuhi aspek complexity yang merupakan atribut dari inovasi. Rogers (2003) mendefinisikan complexity sebagai “the degree to which an innovation is perceived as relatively difficult to understand and use”. Forum Group Discussion memang mudah dan cukup sederhana untuk dimengerti.  Setiap orang yang punya akun facebook pasti bisa menggunakannya. Akan tetapi akan sulit digunakan jika ada sukar digunakan jika terdapat rintangan dalam menggunakannya. Ketiadaan tools yang sesuai, serta jaringan internet untuk mengaksesnya membuat Forum Group Discussion relatif tidak bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh seluruh mahasiswa.


D.   Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, penulis dapat mengemukakan beberapa simpulan sebagai berikut. Pertama, tingkat partisipasi mahasiswa dalam survei cukup tinggi. Hal ini karena mayoritas mahasiswa merespon pertanyaan survei. Kedua, meski ada minoritas mahasiswa yang beranggapan Forum Group Discussion bukanlah suatu inovasi, mayoritas mahasiswa memersepsikan Forum Group Discussion pada MK DIP sebagai sebuah inovasi. Alasan yang dikemukakan terhadap hal ini bermacam-macam, tetapi tidak jauh dari teori-teori inovasi yang dikemukakan oleh Roger dan Reigeluth. Tentunya hal tersebut sesuai dengan pengalaman belajar mahasiswa selama mengikuti MK DIP.
Sedangkan saran-saran yang dapat penulis sampaikan adalah: pertama, mahasiswa agar senantiasa aktif mengikuti Forum Group Discussion. Jumlah partisipan survei yang hanya 70an persen masih kalah dari jumlah partisipasi mata kuliah lain yang hampir mencapai 90an persen, dengan jumlah mahasiswa yang lebih banyak pula. Kedua, Forum Group Discussion agar terus berlanjut meski kuliah sudah selesai. Pertukaran informasi mengenai inovasi dalam pendidikan bisa terus bersemi di forum ini. Ketiga, mahasiswa dalam mengikuti diskusi hendaknya mencari literatur yang lebih banyak serta mengkajinya lebih dalam sehingga tidak akan terjadi kopasus dan komentar yang shallow. Keempat, jika terdapat keterbatasan-keterbatasan dalam mengakses forum diskusi, jangan malu-malu meminta bantuan teman atau orang sekitar untuk memanfaatkan (menumpang pakai) tools dan fasilitas akses internet.

Daftar Pustaka


Kurniawan, R. (2009). Berjualan di Facebook untuk Orang Awam. Palembang: Maxikom
Sahin, I. (2006). Detailed Review Of Rogers’ Diffusion Of Innovations Theory And Educational Technology-Related Studies Based On Rogers’ Theory. The Turkish Online Journal of Educational Technology – TOJET April 2006 ISSN: 1303-6521 volume 5 Issue 2 Article 3
Wardhani, D. P. Dkk. (2010). Metode Penulisan Survey. Diakses pada tgl 05 maret 2012 dari elisa1.ugm. ac.id/files/sylvi_dewajani/.../MPS%20KELOMPOK.docx
_______ Pengertian Persepsi. Diakses pada tgl 5 Maret 2012 dari www.infoskripsi.com/ Article/ Pengertian-Persepsi.html
Affandi, A. (2011). Metode Penulisan, Jenis Penulisan, dan Data Penulisan. diakses pada 10 Maret 2012 dari www.merahhitam.com/ metode-penulisan-jenis-dan-data.html
0 komentar

It's Hard to Find Educational Technology Innovation Products at Classrooms

Banyak inovasi yang yang dihasilkan TP tetapi kebanyakan tidak diterapkan dalam pembelajaran dan hanya mengendap di tumpukan skripsi dan kertas lainnya. Jika dikaji lebih lanjut secara mendalam, ada banyak faktor yang menyebabkan fenomena tersebut. Tetapi saya akan menguraikan beberapa faktor yang menurut saya cukup berpengaruh.


Source: openeducation.net

1. There’s something wrong with The Innovation-Decision Process
Most of decision process stopped at implementation stage. Sebagai contoh adalah penerapan pendekatan PAIKEM untuk SD. PAIKEM cukup populer di kalangan pendidik, terutama karena pemerintah sendiri menggalakkan pelatihan PAIKEM untuk guru-guru. Kita bisa katakan bahwa proses keputusan inovasi pada tahap Pengetahuan, Persuasi, Keputusan, dan Implementasi berjalan dengan baik. Most of teachers acknowledge about PAIKEM, know how to apply and ever make it in their classroom. They even make an action recearch (PTK) based on those approach. But somehow with the time goes by, instructional process go back to the ‘traditional’ process that used to be. Saya kira agen perubahan tidak terlalu memperhatikan tahap Konfirmasi atas inovasi tersebut. Mostly, they just focused on implementation stage. Penerapan PAIKEM saja tidak cukup untuk meyakinkan bahwa guru akan tetap menerapkannya di kelas. Pada tahap terakhir itu secara natural guru berpikir ulang dan membutuhkan dukungan (juga penguatan) apakah ia telah melakukan keputusan tepat dengan menerapkan PAIKEM ataukah ia berhenti saja. Di sinilah seharusnya sang agen perubahan melakukan intervensinya terhadap keputusan final adopter.
2. It depend on the Innovation Decision Type
Inovasi dapat diterima atau ditolak oleh seseorang (individu) sebagai anggota sistem sosial, atau oleh keseluruhan anggota sistem sosial, yang menentukan untuk menerima inovasi berdasarkan keputusan bersama atau berdasarkan paksaan (kekuasaan). Kita mengenal 3 tipe keputusan inovasi, yaitu 1) opsional, 2) kolektif, 3) otoritas. Jika dalam kasus penerapan PAIKEM guru yang yang memutuskan apakah ia akan menarapkan atau tidak, tipe keputusannya ini termasuk opsional. Jika yang memutuskan adalah sekelompok guru yang diberi wewenang, misalnya MGMP, atau guru-guru di sekolah saja, maka tipe keputusan inovasi adalah kolektif. Jika keputusan dilakukan (ditentukan) oleh kepala sekolah atau pihak yang mempunyai wewenang lebih tinggi, maka disebut dengan tipe keputusan otoritas.
Jadi, keputusan menerapkan atau tidak PAIKEM ini (yang notabene merupakan inovasi dalam pembelajaran), tergantung dari siapa yang memutuskan. Jika, misalnya MGMP memutuskan (secara kolektif) agar guru IPA menerapkan PAIKEM dikelas, maka guru harus menerapkannya. Biasanya yang paling cepat cepat diterimanya inovasi dengan menggunakan tipe keputusan otoritas, tetapi masih juga tergantung bagaimana pelaksanaannya. Sering terjadi juga kebohongan dalam pelaksanaan keputusan keputusan otoritas. Dapat juga terjadi bahwa keputusan opsional lebih cepat dari keputusan kolektif, jika ternyata untuk membuat kesepakatan dalam musyawarah antara anggota sistem sosial mengalami kesukaran. Tipe keputusan yang digunakan untuk menyebarluaskan suatu inovasi dapat juga berubah dalam waktu tertentu.
3. Lack of infrastuctures and other learning resources
Jika penerapan PAIKEM membutuhkan spesifikasi equipments dan fasilitas, serta sumber belajar tertentu, mau tidak mau guru atau sekolah harus menyediakannnya. Jika penerapan PAIKEM terbentur oleh hal-hal tersebut, bisa jadi guru enggan melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan seperti itu. Mereka pasti berfikir, “pendekatan gak usah neko-neko, yang biasa-biasa aja lah. Gitu aja ko repot”. Tapi, sejak diterapkannya kurikulum KTSP, apakah guru harus menyerah saja dengan keadaan? Guru tentu harus kreatif memanfaatkan sumber-sumber yang ada. Jika kejadiannya guru enggan memanfaatkan sumber-sumber yang ada untuk menerapkan PAIKEM, that’s how we can call the teacher aren’t the creative indeed.
Yeah, begitulah kira-kira faktor-faktor mengapa inovasi pendidikan yang dihasilkan TP tidak banyak muncul di kelas. We acknowledge that the one who have the competence or authority at classroom is the teachers/instructors as adopters. They have authority whether or not to make ‘innovation’ happen in the classrooms.
0 komentar

The Weakness Points of The Vintage Media Research

Things I think what’s the weakness points of the vintage media research:
1. Penelitian media zaman dulu paradigmanya positivistik. Karena penelitian dengan pendekatan positivistik dinilai tidak memuaskan, maka saat ini penelitiannya menggunakan pendekatan pascapositivistik.
2. Media dipercaya dapat mengubah perilaku manusia, yang diilhami dari teori behavioristik. Manusia sebagai pembelajar dianggap sebagai mahluk pasif yang hanya perlu memberikan respon terhadap pesan yang diterima melalui media (misal, melalui radio). Padahal manusia itu termasuk makhluk yang berfikir. Mendengar atau melihat pesan saja secara pasif melalui media tidak cukup untuk membuat orang belajar, apalagi berubah perilakunya.
3. Media dipercaya dapat meningkatkan hasil belajar pembelajar. Padahal hasil belajar yang dicapai sangat bergantung pada pembelajar. Actually, learning achievement juga dipengaruhi bukan saja oleh media, tetapi oleh variable-variabel yang lain. Sebagai contoh, sebagus apapun pesan dan media yang digunakan, jika pembelajar tidak punya willingness untuk belajar, maka hasil belajarnya tidak akan memuaskan.
4. Pada studi comparative media, penelitian mencoba memperbandingkan media 1 dengan media 2 (media yang lainnya) dalam kaitan meningkatkan hasil belajar. Akan tetapi hasil penelitian tentang perbandingan media tidaklah konsisten (hasilnya tidak bisa digeneralisasikan). Hasil perbandingan antara media 1 & 2, terhadap hasil belajar pada mata pelajaran X, belum tentu sama pada hasil belajar mata pelajaran Y. Padahal, maksudnya sih untuk mencari media mana yang lebih baik yang bisa digunakan untuk mengajar mata pelajaran yang bermacam-macam.
5. Penelitian berfokus ‘tentang media’ bukan ‘dengan media’. Tentang media maksudnya meneliti media apa yang bisa digunakan untuk belajar. Misalnya peneltian tentang keefektifan penggunaan televisi dalam pendidikan. Sementara penelitian tentang ‘dengan media’ mencoba mengkaji kalau belajar tentang matpel X dengan menggunakan media Y bagaimana jadinya, hingga didapatkan kesimpulan, misalnya belajar tentang matpel X dengan media Y dapat meningkatkan hasil belajar. Sementara jika belajar tentang matpel X dengan menggunakan media Z, hasil belajar yang didapat tidak memuaskan, dsb.
6. Penelitian belum mengindahkan kemungkinan bahwa input yang berbeda akan menghasilkan output yang berbeda pula meski lingkungan belajar atau media yang digunakan sama. Misalnya tidak akan sama hasil resume tentang 1 video yang sama ditayangkan oleh TV yang sama, dari pembelajar yang punya kemampuan verbal dan keterampilan menulis yang berbeda.
7. Penelitian belum memfokuskan pada attitude orang/pembelajar terhadap media. Maksudnya, anggapan/sikap orang terhadap suatu media. Pembelajar X mungkin menganggap Komputer Cuma alat untuk mengerjakan tugas-tugas pemroses kata saja, seperti mengetik. Sementara pembelajar Y menganggap Komputer sebagai media hiburan untuk menonton video atau main game.
Yeah, begitulah menurut saya. Kalo ada pendapat yang keliru, tolong teman-teman memberikan masukan agar saya tidak tersesat.



*notes: i don't own those tube pics. courtesy was from baselineintel.com 0 komentar

Persepsi Mahasiswa Prodi Teknologi Pendidikan terhadap Facebook’s Forum Group Discussion Mata Kuliah Kapita Selekta Hasil Peneltian (Survey Pendapat Mahasiswa Teknologi Pendidikan Kelas Reguler)


A.    Pendahuluan
Facebook yang dimiliki Facebook, Inc. merupakan salah satu penemuan fenomenal di abad dua satu setelah meroketnya popularitas youtube. Facebook merupakan situs web sekaligus jejaring sosial (social network) dimana penggunanya dapat menjalin pertemanan, membuat microblog dengan menulis komentar-komentar di wall dan notes, serta membuat jaringan secara lokal maupun internasional. Jika Nokia terkenal mempunyai tagline “connecting people”, maka facebook menyatakan diri bahwa “facebook membantu Anda terhubung dan berbagi dengan orang-orang dalam kehidupan Anda” yang tertulis pada halaman awal situs.
Kemunculan Facebook pada tahun 2004 dan meroket tajam pada 2006 sebagai layanan jejaring sosial (juga situs web) dengan cepat menggeser kedudukan Friendster yang tengah populer. Saat ini, Facebook Merupakan saingan berat MySpace. Menurut penelitian, pada Januari 2011 Facebook memiliki lebih dari 600 juta pengguna aktif. Diperkirakan ratusan juta orang online setiap harinya menggunakan akun facebook.
Meski saat ini muncul jejaring sosial populer baru, Twitter, itu tetap tidak membuat orang-orang meninggalkan facebook. Ada berbagai alasan untuk tetap menggunakan facebook sebagai jejaring sosial mereka. Berikut ini merupakan alasan mengapa orang menggunakan facebook menurut Kurniawan (2009): 1) Populer. Karena efek halo yang ditimbulkan oleh kemunculan jejaring baru yang dianggap user friendly, keren, terutama baru, pengguna facebook bertambah banyak. Bagaimanapun, manusia selalu dipenuhi hasrat untuk mencoba hal baru dan tren baru. 2) Network, 3) Simple (user friendly dan interface sederhana), 4) Canggih, 5) Group (fasilitas untuk membuat grup/forum), 6) Photo Album, 7) Wall Facebook, 8) Event, 9) Mobile Access, 10) Mobile Browsing, 11) Selling, 12) Games, 13) Chatting,  serta 14) Widget.
Facebook punya sisi baik yang bisa dieksplorasi oleh akademisi. Fasilitas Group misalnya, sebagai tempat berbagi informasi dan diskusi ini telah dipertimbangkan sebagai sarana pembelajaran di luar kelas. Forum diskusi melalui Group menjadi salah satu elemen strategi pembelajaran.  Bagaimanapun, di mata teknolog pendidikan facebook sebagai produk teknologi masa kini bisa dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran.
Sebagaimana diketahui, Forum Group Discussion di Facebook merupakan hal yang baru diterapkan pada mata kuliah jurusan, khususnya mk KSHP. Saat awal-awal pelaksanaan diskusi online facebook, semua mahasiswa terlihat antusias menghadiri forum diskusi dengan tingginya tingkat partisipasi yang dilihat dari jumlah komentar mahasiswa. Saat dosen melemparkan pertanyaan/topik pembahasan, tanpa menunggu lama mahasiswa langsung merespon. Meski komentarnya dicurigai banyak yang kopasus. Tapi setidaknya mahasiswa sudah meluangkan waktu dan effort untuk melakukan diskusi di Facebook.
Dengan berjalannya waktu,perjalanan forum diskusi di Facebook tak semulus yang diharapkan. Berbagai kendala menjadi friksi yang mengganggu keberlangsungan forum. Dari awal diskusi, memang ada saja mahasiswa yang tidak bepartisipasi meski hanya sekedar berkomentar. Mahasiswa yang memberi komentar pun banyak yang terlambat. Hal ini selain dikeluhkan oleh dosen juga dikeluhkan mahasiswa sendiri. Dosen mungkin menganggap mahasiswanya kurang serius mengikuti alur forum. Sementara di sisi lain mahasiswa mengeluh tentang kesulitan mengikuti forum diskusi setiap saat. Entah itu karena ketiadaan akses, terbatasnya kuota, maupun kendala lain. Karena itu tak heran jka muncul isu bahwa forum diskusi ini akan diberhentikan.
Menyadari masalah tersebut mengganggu jalannya stabilitas pembelajaran mata kuliah KSHP, maka peneliti berusaha menggali akar permasalahannya untuk kemudian memberikan alternatif pemecahan masalah. Untuk itu peneliti berupaya meneliti persepsi mahasiswa mengenai facebook’s forum group discussion pada MK KSHP tersebut. Bagaiman sesungguhnya pendapat mereka tentang facebook’s forum group discussion? Apakah memang benar mahasiswa menginginkan forum diberhentikan?
Demi menyelidiki hal tersebut maka peneliti menggunakan metode survei. Metode penelitian survei adalah salah satu tehnik penelitian dengan mengumpulkan informasi pada individu (karakteristik/perilaku, sikap/pendapat) dari sekelompok responden yang representatif dalam suatu populasi. Tujuan survei sendiri adalah untuk mengakses dan mendeskripsikan pikiran, pendapat, dan perasaan orang dan menghasilkan deskripsi. Karena itu survei kali ini merupakan survei deskriptif, yaitu proses pemecahan masalah yang diselidiki dengan melukiskan atau menggambarkan keadaan subyek dan obyek penelitian saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau bagaimana adanya. Survei ini sendiri dilakukan melalui metode Internet interview. Dengan internet review ini peneliti memberikan pertanyaan kuesioner secara online untuk meraih respon secara online pula dari responden.
Karena penelitian ini berkenaan dengan persepsi mahasiswa prodi Teknologi Pendidikan pengikut mata kuliah KSHP, maka populasi responden dari penelitian ini merupakan mahasiswa yang mengikuti MK KSHP. Sementara itu untuk sampel responden  peneliti memutuskan kelas reguler sebagai sampel responden yang berjumlah 34 orang.


B.    Hasil
Setelah survei dilakukan, peneliti menampilkan hasil peneltian dalam bentuk tabel, grafik batang serta grafik lingkaran. Berikut merupakan hasil penelitian.

Tabel 1. Jumlah Partisipasi Mahasiswa dalam Survei
 Dari tabel di atas dapat disimpulkan  bahwa dari 34 mahasiswa sebagai responden, 30 orang mahasiswa turut berpartisipasi menjawab pertanyaan survei di internet. Sementara itu 4 orang lainnya tidak memberi respon apapun terhadap pertanyaan survei yang dilemparkan.

Grafik 1. Jumlah Partisipasi Mahasiswa dalam Survei

Grafik di atas merupakan ilustrasi jumlah mahasiswa yang menjawab dan tidak menjawab survei secara kuantitas. Sementara itu pada grafik pie di bawah merupakan ilustrasi ilustrasi jumlah mahasiswa yang menjawab dan tidak menjawab survei dalam bentuk persentase. Mahasiswa sebanyak 88% menjawab survei sementara sisanya, 12% tidak menjawab/tidak memberi respon.

Grafik 2. Jumlah Partisipasi Mahasiswa dalam Survei


           Tabel 2. Jawaban Responden Mengenai Facebook’s Forum Group Discussion

Pada tabel di atas diketahui bahwa 18 orang responden berpendapat bahwa facebook sebagai jejaring sosial  mempunyai nilai manfaat (diantaranya forum diskusi). Enam orang responden lain menyatakan forum diskusi di facebook memudahkan pembahasan materi dan diskusi sementara enam orang lainnya menyebutkan bahwa penggunaan forum diskusi di Facebook belum optimal.

Grafik 3. Jawaban Responden Mengenai Facebook’s Forum Group Discussion

Grafik pie / diagram lingkaran di atas mengilustrasikan jawaban responden mengenai facebook’s forum group discussion dalam bentuk persentase. 60% responden menjawab facebook mempunyai nilai manfaat (diantaranya forum diskusi). 20% responden menjawab forum diskusi di facebook memudahkan pembahasan materi dan diskusi. sementara itu 20% responden menjawab penggunaan forum diskusi di belum optimal.

Tabel 3. Saran Mahasiswa terhadap Facebook’s Forum Group Discussion KSHP

Tabel 3 berisi klasifikasi saran-saran responden  terhadap facebook’s forum group discussion pada MK KSHP. Tiga orang menyarankan bahwa forum diskusi grup sebaiknya dihentikan sementara waktu. Delapan orang menyarankan agar forum diskusi grup tetap dilanjutkan seperti biasa. Sementara itu 19 orang responden menyarankan forum ini dilanjutkan dengan mempertimbangkan penjadwalan waktu diskusi online.
Grafik 4. Saran Mahasiswa terhadap Facebook’s Forum Group Discussion KSHP

Dari grafik di atas terlihat bahwa tiga orang menyarankan forum untuk dihentikan dan delapan orang lainnya menyarankan forum tetap dialnjutkan seperti biasa. Selain itu, 19 orang responden menyarankan forum tetap berlanjut dengan jadwal.
Grafik di bawah merupakan ilustrasi saran responden untuk facebook’s forum group discussion dalam bentuk persentase. Sebanyak 63% responden menyarankan forum berlanjut dengan jadwal diskusi, 27% menyarankan forum berlanjut seperti biasa sementara 10% responden menyarankan forum dihentikan.

 Grafik 5. Saran Mahasiswa terhadap Forum Group Discussion KSHP

C.     Pembahasan
Sebelum membahas lebih dalam tentang data-data hasil penelitian, peneliti akan menjelaskan tentang hakikat persepsi serta forum diskusi. Ulasan lebih tentang facebook sendiri peneliti anggap terlalu jamak, karena itu dalam bab ini tidak dijelaskan lebih detail. Ada begitu banyak definisi serta pendapat tentang persepsi. Hal tersebut bergantung pada bidang para pakar yang mengutarakan teori tentang persepsi tersebut. Persepsi menurut pakar psikologi mungkin berbeda dengan persepsi yang dikemukakan pakar komunikasi dan seni. Hal yang mungkinpaling khas dari teori persepsi adalah adanya teori Gestalt yang terkenal.
Dalam konteks penelitian ini, teori persepsi yang diambil adalah menurut Desirato (1976).  Persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Menurutnya, menafsirkan makna informasi tidak hanya melibatkan sensasi,tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi dan memori. Menurut Rakhmat (2005:2005) Persepsi pada manusia bukan sekedar rekaman peristiwa atau objek. Pengaruh kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional, dan latar belakang budaya, menentukan interpretasi kita pada sensasi. Proses subjektif yang secara aktif menafsirkan stimuli, disebut Fritz Heider sebagai constructive process. Proses ini meliputi faktor biologis dan sosiologis individu pelaku persepsi. Pendapat lain dari Gordon E. Allport (1955),menyebutkan bahwa percept adalah pengalaman fenomenologis tentang objek, yakni bagaimana objek atau situasi itu tampak pada pelaku persepsi. Dengan demikian secara singkat dapat dikatakan bahwa persepsi adalah proses penilaian seseorang terhadap obyek tertentu.
Rahmat (2005) mengemukakan tentang pengelompokkan persepsi, yaitu persepsi interpersonal dan persepsi objek. Pada persepsi objek, objek dari persepsi adalah selain manusia. Dalam persepsi  objek, manusia hanya menanggapi sifat-sifat luar objek itu, tidak meneliti sifat-sifat batiniah objek tersebut. Sementara pada persepsi interpersonal, manusia mencoba memahami apa yang tidak tampak pada alat indra. Manusia tidak hanya melihat perilakunya, tetapi juga melihat mengapa ia berperilaku seperti itu.Manusia mencoba memahami bukan saja tindakan, tetapi juga motif tindakan itu. Sebagai analogi, dalam penelitian ini peneliti melakukan apa yang disebut persepsi interpersonal. Peneliti ingin memahami pemikiran (sesuatu yang tidak tampak) serta perilaku mahasiswa kelas reguler terhadap facebook’s forum group discussion dalam MK KSHP. Sedangkan persepsi objek adalah persepsi mahasiswa sendiri terhadap facebook’s forum group discussion.
Mengenai forum diskusi, forum menurut adalah waktu tanya jawab yang terjadi setelah diskusi terbuka, misalnya simposium (Cragan dan Wright, 1980). Sementara itu diskusi dalam KBBI disebut sebagai pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah. Dengan demikian, forum diskusi dapat dikatakan sebagai waktu tanya jawab pada suatu pertemuan dalam upaya bertukar pikiran mengenai suatu masalah. Jika itu facebook’s forum group discussion, maka forum diskusi (yang dilakukan secara terbatas oleh anggota grup)  tersebut terjadi dalam jejaring sosial facebook.
Kembali ke data hasil penelitian, pada data pertama tentang jumlah mahasiswa/ responden yang berpartisipasi dalam survei peneliti menemukan hasil seperti berikut. Sebanyak 88% mahasiswa kelas reguler menjawab survei.  Sementara itu sisanya, sebanyak 12% responden tidak menjawab/tidak memberi respon.
Melihat perbandingan jumlah antara mahasiswa yang menjawab dan tidak menjawab, terdapat perbedaan kuantitas yang cukup signifikan. Banyaknya respon dapat diinterpretasikan sebagai bentuk aktifitas positif yang dilakukan mahasiswa. Mahasiswa yang menjawab punya inisiatif untuk merespon internet interview. Seperti yang ungkapkan Jerome Bruner (Silberman, 2011:30), dalam sisi sosial belajar terdapat kebutuhan mendalam manusia untuk merespon orang lain dan untuk bekerja sama dengan mereka guna mencapai tujuan, yang disebut sebagai resiprositas. Akan tetapi, pada kategori mahasiswa menjawab, belum terlihat motif sesungguhnya dari respon mahasiswa. Hal ini akan dijelaskan pada poin selanjutnya.
Di lain pihak, adanya sejumlah kecil mahasiswa yang tidak menjawab menimbulkan dugaan-dugaan tertentu. Alasan yang paling umum adalah terdapatnya hambatan eksternal dan internal sehingga mahasiswa tidak turut berpartisipasi. Pada sisi eksternal, hambatan yang berasal dari lingkungan besar kemungkinan terjadi. Misalnya ketiadaan akses internet karena tidak punya PC pribadi, kuota habis, warnet tutup, dan sebagainya yang berasal dari luar pribadi mahasiswa. Sisi internal, mahasiswa termasuk mahasiswa yang malas sehingga enggan mengikuti forum meski punya kesempatan mengakses facebook. Faktor lainnya adalah mahasiswa mengalami kelelahan mental dan tidak tertarik sama sekali mengikuti forum. Hal ini bisa disebabkan ia sering membuka facebook, chatting secara berlebihan hingga bosan, atau jenuh dengan adanya forum diskusi online karena sebelumnya pernah mengikuti forum serupa di mata kuliah atau subjek lain.
Pada data selanjutnya mengenai pendapat responden terhadap facebook’s forum group discussion, peneliti mendapatkan 60% orang responden berpendapat bahwa facebook sebagai jejaring sosial  mempunyai nilai manfaat (diantaranya sebagai forum diskusi). Sebanyak 20% responden lain menyatakan forum diskusi di facebook memudahkan pembahasan materi dan diskusi. Sementara itu 20% lainnya menyebutkan bahwa penggunaan forum diskusi di Facebook belum optimal.
Adanya pendapat dari mayoritas responden tentang facebook yang mempunyai nilai tambah, membuktikan bahwa responden mengetahui seluk-beluk facebook dan menikmati layanan facebook yang menyenangkan baginya. Forum group discussion sebagai atribut dari facebook, sudah tentu dirasa bermanfaat bagi para responden ini. Karena itu responden menyatakan bahwa facebook yang di dalamnya terdapat forum diskusi bermanfaat bagi responden.
Responden lain sebanyak 20%, menyatakan forum diskusi di facebook  memudahkan pembahasan materi dan diskusi. Tentunya pembahasan materi dan diskusi pada mata kuliah KSHP. Pendapat positif ini lebih spesifik dibandingkan pendapat sebelumnya. Sesuai dengan pengertian forum diskusi, facebook’s forum group discussion merupakan wadah untuk bertukar pikiran, utamanya tentang materi KSHP. Diskusi tidak hanya terjadi antara doses-mahasiswa, tetapi juga antarmahasiswa. Bagaimanapun, ketika topik diskusi muncul mahasiswa dituntut untuk memberikan respon berupa komentar yang reliable sesuai topik. Hal ini sedikit banyak membuat mahasiswa dituntut aktif untuk belajar di luar kelas (tentu karena forum diskusi terjadi di luar jam kuliah). Dengan begitu, ketika belajar bersifat aktif, mahasiswa akan mengupayakan sesuatu. Mahasiswa menginginkan jawaban atas topik pertanyaan dari dosen, membutuhkan informasi untuk memecahkan masalah, atau mencari cara untuk mengerjakan tugas dari dosen. Bagi sebagian mahasiswa, hal-hal seperti inilah yang membuat adrenalin terpacu untuk ‘menyelesaikan masalah’ ataupun merasa exciting tentang hal baru yang akan mereka pelajari dan tunjukan dalam forum diskusi.
Sementara itu, 20% responden menyatakan bahwa penggunaan forum diskusi di Facebook belum optimal. Pendapat responden tersebut sama sekali tidak bertentangan dengan pendapat lainnya. Pendapat ini dapat diartikan sebagai bentuk protes atas pelaksanaan facebook’s forum group discussion mata kuliah KSHP. Responden bisa jadi mengakui bahwa facebook dengan forum diskusinya sangat bermanfaat, apalagi dalam hal pembelajaran. Di sisi lain responden melihat bahwa forum diskusi tidak berjalan seperti yang diharapkan. Hal ini terlihat dari fakta bahwa masih ada mahasiswa yang tidak berpartisipasi dalam forum. Selain itu, banyak komentar atau respon dari mahasiswa yang tidak tepat waktu. Ketidak tepatan waktu ini tidak berarti bahwa mahasiswa malas mengikuti forum, tetapi ada faktor eksternal yang menghambat. Faktor yang paling jamak adalah ketiadaan device dan jaringan. Alasan lain yang muncul adalah tidak adanya pemberitahuan kapan diskusi dimulai dan kapan limit waktumemberikan komentar. Karena itu, gagasan untuk membuat jadwal khusus forum diskusi mencuat dan mempengaruhi stabilitas forum diskusi KSHP dari dalam. Tidak mengherankan jika kemudian dosen mengutamakan wacana akan menutup forum diskusi jika hal itu benar merepresentasikan  keinginan mahasiswa.
Terkait dengan data sebelumnya, data terakhir berisi saran dari mahasiswa tentang wacana penutupan facebook’s forum group discussion. Peneliti menemukan sebanyak 63% responden menginginkan forum berlanjut dengan jadwal diskusi.  Selain itu, 27%  responden menyarankan forum berlanjut seperti biasa, dan  10% responden lain menyarankan forum dihentikan.
Melalui presentase saran-saran di atas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas mahasiswa menginginkan forum diskusi berlanjut dengan pertimbangan forum diskusi mempunyai jadwal khusus. Pendapat ini terkait dengan pendapat sebelumnya yaitu tentang belum optimalnya pemanfaatan facebook’s forum group discussion. Mahasiswa menginginkan suatu perubahan dalam forum diskusi, yaitu adanya jadwal forum yang jelas dengan topik pertanyaan yang diberitahukan sebelumnya. Dengan demikian pada saat forum berlangsung,  mahasiswa sudah siap dengan komentar pamungkas dan bekal materinya (hasil inquiry yang tidak mendadak dan kopasus) sekaligus lebih nyaman dalam mengutarakan pemikiran. Hal ini bisa dinterpretasikan bahwa mahasiswa masih mengharapkan forum diskusi berlanjut. Pendapat ini juga merepresentasikan mayoritas tipe mahasiswa yang ingin segalanya serba teratur dan sistematis terutama dalam hal pembelajaran.
Saran selanjutnya, 27% responden menyarankan forum diskusi dilanjutkan seperti biasa. Mahasiswa berpendapat bahwa tidak masalah jika forum diskusi terjadi secara mendadak, dengan topik pertanyaan yang muncul tanpa diduga. Apapun yang terjadi, forum tetap harus berjalan. Hal ini bisa terjadi jika mahasiswa mempunyai device dan jaringan yang mendukung (online 24 jam). Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa mahasiswa berupaya keras agar bisa mengakses facebook dan grup KSHP, bagaimanapun caranya. Seperti kata pepatah, tidak ada rotan akarpun jadi. Atau mungkin berdasarkan prinsip mulia mahasiswa TP, yaitu memanfaatkan segala macam sumber untuk memudahkan proses belajar (dirinya). Kemungkinan lain, bisa jadi mahasiswa ini merupakan tipemahasiswa yang menyukai hal-hal yang spontan atau kejutan sehingga membangkitkan rasa excitednya terhadap mata kuliah KSHP.
Saran minor tentang penutupan facebook’s forum group discussion datang dari minoritas responden. Saran ini tidak bisa diabaikan begitu saja. Bisa jadi mahasiswa yang menyarankan merasa kecewa dan melihat ada kekurangan pada forum diskusi. Terlihat bahwa saran ini mungkin terkait dengan pendapat pada data sebelumnya, yaitu pemanfaatan facebook’s forum group discussion belum optimal. Saran ini tidak berarti mahasiswa tidak menyukai facebook’s forum group discussion, atau mahasiswa punya kendala dalam mengikuti facebook’s forum group discussion. Bisa jadi mahasiswa merasa bahwa forum diskusi ini tidak terlalu efektif dan efisien serta tidak mengakomodasi kebutuhan belajar mahasiswa. Maka, diskusi di ruang kuliah pada saat jam kuliah adalah lebih baik daripada diskusi di luar jam kuliah, apalagi dengan cara online.

D.    Kesimpulan
Terkait dengan persepsi responden, persepsi pada hakikatnya adalah proses penilaian seseorang terhadap obyek tertentu. Karenanya, persepsi mahasiswa prodi Teknologi Pendidikan kelas reguler terhadap facebook’s forum group discussion MK KSHP merupakan penilaian mahasiswa atas forum diskusi tersebut. Persepsi mahasiswa itu sendiri terbentuk saat menggunakan facebook hingga menggunakan facebook’s forum group discussion pada MK KSHP.
Dari pembahasan di atas peneliti dapat menyimpulkan beberapa hal. Pertama, mayoritas mahasiswa kelas reguler mempunyai antusiasme tinggi dalam mengikuti facebook’s forum group discussion MK KSHP. Hal ini terbukti dengan tingginya persentase partisipasi mahasiswa dalam merespon survei yang berkenaan dengan facebook’s forum group discussion. Selain itu, berbagai pendapat yang ada menunjukan itikad positif mahasiswa terhadap keberadaan facebook’s forum group discussion.
Kedua, Sebagian besar mahasiswa menganggap facebook’s forum group discussion pada mata kuliah KSHP bukanlah sesuatu yang buruk. Forum diskusi ini malah menjadi semacam ajang diskusi di luar kelas sebagai bagian dari pembelajaran dan penambah wawasan.  Lagi, antusiasme mahasiswa dalam mengikuti forum diskusi terlihat dalam pendapat-pendapat yang mengakui bahwa  keberadaan facebook’s forum group discussion pada mata kuliah KSHP sangat bermanfaat dalam pembelajaran.
Ketiga, adanya pendapat yang berasal dari minoritas mahasiswa menyarankan agar forum diskusi dihentikan atau dilakukan penjadwalan waktu diskusi merupakan reaksi atas kendala-kendala yang terjadi selama facebook’s forum group discussion MK KSHP berjalan. Akan tetapi, statistik  menunjukan bahwa meski terdapat kendala dalam pelaksanaan facebook’s forum group discussion, sebagaian besar mahasiswa mengharapkan forum diskusi pada MK KSHP terus berlanjut.
Dalam penutup ini, peneliti mengajukan beberapa saran sehubungan dengan hasil penelitian. Pertama, dosen agar mempertimbangkan pendapat mahasiswa mengenai keberlangsungan facebook’s forum group discussion berdasarkan hasil survei. Kedua, mahasiswa agar memanfaatkan  facebook’s forum group discussion  ini untuk menggali ilmu tentang KSHP. Ketiga, mahasiswa agar dapat mencari solusi alternatif agar forum diskusi tetap berjalan dengan baik. Entah itu dalam facebook’s forum group discussion maupun forum lain. Bagaimanapun, tugas mulia dari mahasiswa TP adalah facilitating learning. Ketiga, perlu diadakan kajian lebih lanjut mengenai penelitian tentang persepsi mahasiswa TP terhadap facebook’s forum group discussion. Boleh jadi dengan instrumen dan waktu penelitian yang berbeda akan melahirkan hasil penelitian yang berbeda.

Bibliografi:

Kurniawan, R. (2009). Berjualan di Facebook untuk Orang Awam. Palembang: Maxikom
Rakhmat, J. (2005). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Silberman, M. L. (2011). Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. (Raisul Muttaqien, penerjemah). Edisi Revisi. Bandung: Nusamedia
Wardhani, D. P. Dkk. (2010). Metode Penelitian Survey. Diakses pada tgl 05 maret 2012 dari elisa1.ugm. ac.id/files/sylvi_dewajani/.../MPS%20KELOMPOK.docx
_______Youtube, Diakses pada tgl 5 Maret 2012 dari  http://id.wikipedia.org/wiki/YouTube
_______Facebook,  Diakses pada tgl 5 Maret 2012 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Facebook
_______ Pengertian Persepsi. Diakses pada tgl 5 Maret 2012 dari www.infoskripsi.com/Article / Pengertian-Persepsi.html
1 komentar