This awesome blogger theme comes under a Creative Commons license. They are free of charge to use as a theme for your blog and you can make changes to the templates to suit your needs.
RSS

Laman

It's Hard to Find Educational Technology Innovation Products at Classrooms

Banyak inovasi yang yang dihasilkan TP tetapi kebanyakan tidak diterapkan dalam pembelajaran dan hanya mengendap di tumpukan skripsi dan kertas lainnya. Jika dikaji lebih lanjut secara mendalam, ada banyak faktor yang menyebabkan fenomena tersebut. Tetapi saya akan menguraikan beberapa faktor yang menurut saya cukup berpengaruh.


Source: openeducation.net

1. There’s something wrong with The Innovation-Decision Process
Most of decision process stopped at implementation stage. Sebagai contoh adalah penerapan pendekatan PAIKEM untuk SD. PAIKEM cukup populer di kalangan pendidik, terutama karena pemerintah sendiri menggalakkan pelatihan PAIKEM untuk guru-guru. Kita bisa katakan bahwa proses keputusan inovasi pada tahap Pengetahuan, Persuasi, Keputusan, dan Implementasi berjalan dengan baik. Most of teachers acknowledge about PAIKEM, know how to apply and ever make it in their classroom. They even make an action recearch (PTK) based on those approach. But somehow with the time goes by, instructional process go back to the ‘traditional’ process that used to be. Saya kira agen perubahan tidak terlalu memperhatikan tahap Konfirmasi atas inovasi tersebut. Mostly, they just focused on implementation stage. Penerapan PAIKEM saja tidak cukup untuk meyakinkan bahwa guru akan tetap menerapkannya di kelas. Pada tahap terakhir itu secara natural guru berpikir ulang dan membutuhkan dukungan (juga penguatan) apakah ia telah melakukan keputusan tepat dengan menerapkan PAIKEM ataukah ia berhenti saja. Di sinilah seharusnya sang agen perubahan melakukan intervensinya terhadap keputusan final adopter.
2. It depend on the Innovation Decision Type
Inovasi dapat diterima atau ditolak oleh seseorang (individu) sebagai anggota sistem sosial, atau oleh keseluruhan anggota sistem sosial, yang menentukan untuk menerima inovasi berdasarkan keputusan bersama atau berdasarkan paksaan (kekuasaan). Kita mengenal 3 tipe keputusan inovasi, yaitu 1) opsional, 2) kolektif, 3) otoritas. Jika dalam kasus penerapan PAIKEM guru yang yang memutuskan apakah ia akan menarapkan atau tidak, tipe keputusannya ini termasuk opsional. Jika yang memutuskan adalah sekelompok guru yang diberi wewenang, misalnya MGMP, atau guru-guru di sekolah saja, maka tipe keputusan inovasi adalah kolektif. Jika keputusan dilakukan (ditentukan) oleh kepala sekolah atau pihak yang mempunyai wewenang lebih tinggi, maka disebut dengan tipe keputusan otoritas.
Jadi, keputusan menerapkan atau tidak PAIKEM ini (yang notabene merupakan inovasi dalam pembelajaran), tergantung dari siapa yang memutuskan. Jika, misalnya MGMP memutuskan (secara kolektif) agar guru IPA menerapkan PAIKEM dikelas, maka guru harus menerapkannya. Biasanya yang paling cepat cepat diterimanya inovasi dengan menggunakan tipe keputusan otoritas, tetapi masih juga tergantung bagaimana pelaksanaannya. Sering terjadi juga kebohongan dalam pelaksanaan keputusan keputusan otoritas. Dapat juga terjadi bahwa keputusan opsional lebih cepat dari keputusan kolektif, jika ternyata untuk membuat kesepakatan dalam musyawarah antara anggota sistem sosial mengalami kesukaran. Tipe keputusan yang digunakan untuk menyebarluaskan suatu inovasi dapat juga berubah dalam waktu tertentu.
3. Lack of infrastuctures and other learning resources
Jika penerapan PAIKEM membutuhkan spesifikasi equipments dan fasilitas, serta sumber belajar tertentu, mau tidak mau guru atau sekolah harus menyediakannnya. Jika penerapan PAIKEM terbentur oleh hal-hal tersebut, bisa jadi guru enggan melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan seperti itu. Mereka pasti berfikir, “pendekatan gak usah neko-neko, yang biasa-biasa aja lah. Gitu aja ko repot”. Tapi, sejak diterapkannya kurikulum KTSP, apakah guru harus menyerah saja dengan keadaan? Guru tentu harus kreatif memanfaatkan sumber-sumber yang ada. Jika kejadiannya guru enggan memanfaatkan sumber-sumber yang ada untuk menerapkan PAIKEM, that’s how we can call the teacher aren’t the creative indeed.
Yeah, begitulah kira-kira faktor-faktor mengapa inovasi pendidikan yang dihasilkan TP tidak banyak muncul di kelas. We acknowledge that the one who have the competence or authority at classroom is the teachers/instructors as adopters. They have authority whether or not to make ‘innovation’ happen in the classrooms.

0 komentar: