This awesome blogger theme comes under a Creative Commons license. They are free of charge to use as a theme for your blog and you can make changes to the templates to suit your needs.
RSS

Laman

TPers dan Kategori Adopte


         Inovasi dan Kategori Adopter
Inovasi merupakan suatu gagasan/ide, praktik, atau objek yang dianggap baru oleh individu atau kalangan tertentu. inovasi bisa lahir dari tangan siapa saja dan kapan saja. Tentu saja inovasi diciptakan dengan harapan dapat bermanfaat untuk memecahkan masalah. Inovasi juga lahir di berbagai bidang, khususnya pendidikan.
Dalam dunia pendidikan, ada prodi khusus yaitu Teknologi Pendidikan yang tujuan mulia utamanya adalah memfasilitasi pembelajaran. Dengan kata lain teknologi pendidikan berupaya memecahkan masalah belajar, agar orang bisa belajar, entah itu dengan menggunakan cara tertentu, atau memanfaatkan sumber-sumber tertentu. selain itu, teknologi pendidikan juga selalu berupaya menghasilkan inovasi-inovasi di ranah pembelajaran atau pendidikan umumnya dalam rangka memudahkan orang untuk belajar. Apa saja inovasinya? Inovasi yang dihasilkan teknologi pendidikan tentu saja tak terhitung banyaknya. Tengoklah masa-masa awal penelitian media, hingga tren hypermedia. Dan kini ranah pembelajaran sudah menyentuh pada dunia berjaringan.
Bicara tentang inovasi, teknologi pendidikan sudah pasti harus bisa menghasilkan suatu inovasi, entah itu dengan cara discovery, invention, atau bahkan ATM, amati, tiru dan modifikasi. Menghasilkan inovasi saja tidak cukup. Inovasi harus ada yang mengadopsinya. Karena itu ada yang namanya difusi inovasi, serta para adopter yang mengadopsi inovasi. Para adopter ini dikategorikan secara khusus menjadi lima, yaitu innovator, early adopter, early majority, late majority, dan laggard. Namun, bagaimana dengan persepsi mahasiswa TP (TPers) sendiri mengenai pengkategorian ini? Jika mereka merupakan subjek dari suatu inovasi, kategori adopter mana yang sesuai dengan mereka pribadi?
Berikut ini merupakan hasil survey melalui internet review mengenai pendapat mahasiswa berkaitan dengan kategori adopter.
Tabel 1. TPers dalam Kategori Adopter

Dari tabel di atas tentang kategori adopter dari TPers, 10 orang adalah innovator. Delapan orang adalah early adopter, 10 orang early majority, dan 2 orang adalah late majority.


Grafik 1. TPers dalam Kategori Adopter

Dari grafik di atas tentang kategori adopter dari TPers, 10 orang adalah innovator. Delapan orang adalah early adopter, 10 orang early majority, dan 2 orang adalah late majority.


Grafik 2. TPers dalam Kategori Adopter

Dari diagram  di atas tentang kategori adopter dari TPers, 33% orang adalah innovator. 27% orang adalah early adopter, 33%  orang early majority, dan 7% orang adalah late majority.

Tabel 2. Alasan TPers dalam Kategorisasi Adopter


Dari tabel di atas diketahui alasan-alasan TPers dalam kategorisasi adopter,yaitu 6 orang berpendapat TPers cepat menerima inovasi. 11 orang berpendapat TPers mampu menghasilkan inovasi khususnya untuk memfasilitasi pembelajaran. 9 orang berpendapat dalam mengadopsi inovasi membutuhkan kompromi dan kehati-hatian. 2 orang berpendapat mengadopsi inovasi setelah kebanyakan orang sudah mencoba dan mengadopsi inovasi, dan 2 orang berpendapat TPers sebagai adopter adalah pelopor yang memperhatikan keuntungan dan kerugiaan atas inovasi.


Grafik 3. Alasan TPers dalam Kategorisasi Adopter

Grafik di atas menggambarkan kuantitas dari alasan-alasan TPers dalam kategorisasi adopter.


Grafik 3. Alasan TPers dalam Kategorisasi Adopter

Dari diagram di atas diketahui alasan-alasan TPers dalam kategorisasi adopter,yaitu 20% orang berpendapat TPers cepat menerima inovasi. 37% orang berpendapat TPers mampu menghasilkan inovasi khususnya untuk memfasilitasi pembelajaran. 30% orang berpendapat dalam mengadopsi inovasi membutuhkan kompromi dan kehati-hatian. 7% orang berpendapat mengadopsi inovasi setelah kebanyakan orang sudah mencoba dan mengadopsi inovasi, dan 7% orang berpendapat TPers sebagai adopter adalah pelopor yang memperhatikan keuntungan dan kerugiaan atas inovasi.

TPers dalam Kategori Adopter
Berdasarkan data di atas, dapat kita ketahui bahwa TPers dalam memosisikan dirinya dalam kategori adopter sebagi berikut. 33% orang memilih menjadi innovator. 27% orang menganggap dirinya early adopter, 33%  orang memilih aman menjadi early majority, dan 7% orang menganggap dirinya late majority. Dengan demikian mayoritas TPers lebih memosisikan dirinya sebagai innovator dan early majority. Rogers dalam penelitiannya menjabarkan ciri-ciri dari tiap kategori adopter ini. Jadi, dapat kita bayangkan mengapa TPers ini berbeda-beda dalam mengkategorikan dirinya pada tipe-tipe adopter inovasi.
Sementara itu, diketahui alasan-alasan TPers dalam kategorisasi adopter,yaitu 20% orang berpendapat TPers cepat menerima inovasi. 37% orang berpendapat TPers mampu menghasilkan inovasi khususnya untuk memfasilitasi pembelajaran. 30% orang berpendapat dalam mengadopsi inovasi membutuhkan kompromi dan kehati-hatian. 7% orang berpendapat mengadopsi inovasi setelah kebanyakan orang sudah mencoba dan mengadopsi inovasi, dan 7% orang berpendapat TPers sebagai adopter adalah pelopor yang memperhatikan keuntungan dan kerugiaan atas inovasi.
Pada data sebelumnya terlihat jelas bahwa sebagian TPers mengkategorikan dirinya sebagai innovator, bila setelah lulus nanti dari prodi TP. Dan alasan yang paling jamak dalam pengkategorian adopter ini adalah TPers mampu menghasilkan inovasi, khususnya untuk memfasilitasi pembelajaran. Sebagai innovator TPers berpikir bahwa mereka setidaknya harus menghasilkan sebuah inovasi dalam rangka memcahkan masalah belajar. Padahal dalam kategori adopter menurut Rogers, innovator merupakan individu yang pertama kali menerapkan inovasi, fresh from the oven, terlepas apakah dia inventor dari inovasi itu ataukah bukan. Menurut Rogers lagi, seorang innovator berani mengambil resiko kegagalan atas inovasi yang diadopsinya, dan tentu ia lebih open minded dan dekat dengan sumber-sumber pengetahuan.
Perbedaan mengenai pendapat TPers dalam mengkategorikan dirinya bisa disebabkan oleh hanya satu sebab, yaitu heterofilitas atau heterogenitas. Memang, TPers berada dalam jurusan yang sama, kelas yang sama, di ajar oleh dosen yang sama, tapi itu tidak berarti membuat mereka menjadi seragam dalam hal selera dan pikiran.  Dalam difusi inovasi sendiri dikenal istilah heterofili dan homofili. Hal yang paling menarik tentu saja heterofili. Meski orang-orang dalam heterofili berada pada wilayah/tempat yang sama, tetapi mereka mempunyai status sosial yang berbeda, latar belakang keluarga yang berbeda (semisal suku, ras agama), tingkat pendidikan yang berbeda, bahkan perbedaan kebiasaan. Hal-hal semacam inilah yang membuat difusi inovasi menarik. Imbasnya adalah adanya kategori-kategori adopter. Innovator, early adopter, early majority, late majority, laggard, punya kekhasannya masing masing. Perbedaan kategori adopter ini malah akan memudahkan dalam penyususna strategi difusi inovasi yang tepat.
Dengan demikian dalam hal TPers dan kategori adopter, dapat disimpulkan beberapa hal berikut. Pertama, mayoritas TPers mengkategorikan dirinya sebagai innovator dan early majority seiring dengan kenyataan bahwa ia akan terjun ke masyarakat sebagai lulusan TP. Kedua, alasan yang paling sering diungkapkan tentang kategorisasi ini adalah TPers mampu menghasilkan inovasi khususnya untuk memfasilitasi pembelajaran, serta dalam mengadopsi inovasi membutuhkan kompromi dan kehati-hatian. Ketiga, adanya perbedaan pendapat di antara TPers mengenai kategorisasi adopter ini karena unsur heterofilitas pada tiap-tiap TPers.

0 komentar: